Beijing (ANTARA News) – China nampaknya bergerak dengan sangat agresif menyumbat celah dengan menggunakan sistem penyensorannya “Great Firewall,”  menyebabkan frustrasi pebisnis dan pengguna web, kata perusahaan Internet asing dan analis.
Gmail layanan email Google sudah amat terganggu, seperti juga halnya dengan sejumlah layanan online populer yang menyediakan enkripsi perangkat lunak yang menjadi gantungan banyak bisnis dan individu demi keamanan web dan untuk menghindari firewall.
Masalah-masalah tersebut timbul menyusul seruan halus agar diadakan protes “jalan-jalan” mingguan di China yang diinspirasi pemberontakan politik di Timur Tengah dan Afrika Utara, dan mengindikasikan pemerintah bermaksud menjepit perbedaan pendapat selagi kuncup, kata para analis.
“Mereka menguji kemampuan-kemampuan baru untuk mengetahui apakan ada cara-cara teknis guna mengatasi kemungkinan oposisi terorganisasi,” kata Russell Leigh Moses, analis politik yang berbasis di Beijing, kepada Marianne Barriaux dari AFP, seperti dipantau ANTARA News.
China mengoperasikan sistem kontrol dan sensor Internet yang terus meluas yang disebut “Great Firewall of China”, yang ditujukan untuk memadamkan informasi atau komentar yang dianggap mengancam kekuasaan pemerintah.
Para pengguna Gmail mengeluh sulit mengakses dalam beberapa minggu belakangan sehingga memaksa beberapa pengguna untuk pindah ke layanan lain seperti Hotmail dan Yahoo!, dan Google menyalahkan pemerintah China.
“Tidak ada masalah teknis di pihak kami — kami telah mengeceknya secara mendalam.
Ini adalah pemblokiran pemerintah yang dirancang secara hati-hati agar kelihatan seperti Gmail bermasalah,” kata Google dalam sebuah pernyataan Senin kepada AFP.
Para penyedia jaringan privat virtual (VPN) — saluran terinskripsi lewat Internet yang membuat komunikasi aman dan memampukan para pengguna untuk menerabas sensor — juga menyalahkan pemerintah dengan istilah yang kadang-kadang berwarna-warni.
“Ya… Kerajaan Klingon melepaskan sepasang tembakan mantap mengenai USS enterprise,” kata Bill Bullock, CEO Witopia, sebuah penyedia VPN, kepada para pelanggan yang berbasis di China dalam sebuah email baru-baru ini, menggunakan perumpamaan dari serial televisi “Star Trek”.
Paling tidak tiga penyedia VPN yang sudah mapan melaporkan gangguan di China belakangan ini.
Seorang juru bicara penyedia layanan 12VPN mengatakan kepada AFP mereka menghindari sign-up baru dari China “selama periode tidak stabil” ini.
“Sejauh yang dapat kami katakan ini merupakan bagian dari reaksi China terhadap seruan untuk ‘jalan-jalan’ sebagai suatu bentuk protes,” katanya.
Imbauan online misterius untuk mengadakan demonstrasi di lusinan kota seantero China tiap Minggu telah memicu pengamanan ketat di tempat-tempat protes yang ditunjuk.
China menghadapi ketidakpuasan publik menyangkut inflasi, korupsi pejabat, dan peningkatan disparitas pendapatan — serupa dengan campuran masalah yang menyumbang kepada kerusuhan Arab.
Pemerintah Beijing tengah mengawasi kekacauan Timur Tengah dengan gelisah, sebagian besar dengan memblokir penyebutan tentang kekacauan itu di Internet China.
Gangguan-gangguan online mempengaruhi para pengguna yang mencari akses ke situs-situs yang telah lama diblokir seperti Facebook atau Twitter, dan menghambat bisnis.
“Hal ini merupakan satu pukulan lagi yang membuat sulit menyelesaikan segala hal di China,” kata Ben Cavender, mitra prinsipal di China Market Research Group yang berbasis di Shanghai.
Dia mengatakan perusahaan-perusahaan tengah menghadapi lingkungan bisnis yang keras di China termasuk keluhan-keluhan perusahaan asing mengenai lingkungan peraturan yang mendiskriminasi mereka.
“Dan jika mereka kesulitan mengakses informasi, itulah satu lagi masalah besar yang harus diatasi.”
Pemerintah China telah berulang kali mengatakan pihaknya mempunyai hak untuk mengawasi Internetnya. Kementerian yang mengatur masalah-masalah Internet tidak segera merespon ketika dimintai komentar mengenai gangguan-gangguan akhir-akhir ini.
Sejumlah pengamat mengatakan perusahaan-perusahaan asing utamanya terpengaruh karena mereka bergantung pada akses ke situs-situs luar negeri untuk berbisnis.
Namun netter warga China juga sudah mengungkapkan kecemasannya, khususnya menyangkut Gmail, yang populer bagi kerah-putih, pengguna terdidik.
“Gangguan sebentar-sebentar di Internet semacam ini — dimana para pengguna sudah tak sabar lagi –akan secara serius mempengaruhi tingkat penggunaan (Gmail). Ini sungguh metode tercela,” kata seorang netter di portal web populer Sina.com. (ANT/K004)
AFP/B.Kunto Wibisono
Editor: B Kunto Wibisono
COPYRIGHT © 2011